Jumat, 18 Oktober 2013

EDI Indonesia, Kapan move on?

Ada yang tau Education development index (EDI) Indonesia ada di peringkat mana? Pendidikan di Indonesia berada di peringkat 69 dunia. Kok bisa? Padahal Indonesia merupakan Negara dengan kurikulum efektif di dunia. Analisa yuk sistem pendidikan di Indonesia.
Kriteria Kelulusan minimum (KKM), hayo, ada yang ngeluh gak kalo nilainya di bawah kkm? Kenapa sih harus ada kkm, emangnya pendidikan itu bermaksut untuk mencari nilai? Kan kalo kerja gak bakalan tuh ditanya, kamu dulu nilainya berapa? Lulus kkm? Masuk remidi gak? Terus ngapain kita susah payah mengerjakan tugas meraih nilai diatas kkm? Jadi kita rugi dong? Gak juga, Sebenarnya tergantung pada individunya sih, ngerasa rugi gak udah memberikan 12 tahun lebih hidupnya untuk berkelut  dengan pelajaran diatas kkm sekolah.
Terus gimana dengan evaluasi belajar? Banyak Negara yang percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, kok bisa? Bukannya testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing cenderung mengajarkan  siswa untuk semata lolos dari ujian. Bener juga kan? Kita belajar a.k.a sekolah Cuma pingin dapet nilai akademik yang bagus dan memuaskan. Faktor pemahaman dan penerapan menjadi elemen yang diremehkan, pokoknya yang penting nilai kita bagus, waduh ini gak beres!
Lanjut ke soal materi yang ada, para pelajar dituntut menguasai materi yang ada sesuai dengan kriteria kelulusan minimum. Dengan pemahaman dari buku paket yang sudah turun – temurun dipakai. Seharusnya jika memang pendidikan itu dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan, kenapa harus berpatok pada materi yang telah ada?


Bukankah akan menjadi lebih baik jika pelajar memahami konsep dari materi itu dan menemukan jalan sendiri untuk menyelesaikan materi tersebut. Ayolah, bagaimana tidak tercipta budaya mencontek, jika pelajar dituntut menguasai materi dengan rentang waktu yang telah ditentukan? Waktunya cepet pula, kemampuan pemahaman setiap orang itu kan tidak sama. Mungkin jika pemerintah mengerti akan artinya tekanan mental dan ego manusia bahwa "Mendapatkan sesuatu secara instan tanpa berusaha itu lebih mudah", mereka akan dapat mendengar jeritan pelajar - pelajar indonesia akan tingginya nilai kriteria kelulusan minimum.
 Tapi bagaimana dengan para pelajar yang gak suka mencoba memecahkan masalah? Ini perlu penanganan tidak lanjut.

Tapi, para pelajar jangan besar kepala dulu, dan menyalahkan ini semua ke pemerintah, sebaliknya para pelajar indonesia juga harus mengubah mindset mereka, bahwa belajar itu keharusan, bukan hanya untuk melewati sekolah dan mendapat ijazah, tapi menelan materi yang telah diberikan disekolah dan menerapkannya di sebagian hidup kita. Mencontek atau copy-paste pekerjaan teman itu pengkhianatan terhadap diri sendiri. Ish ish ish, betapa merugi pelajar yang hanya menyalin pekerjaan temannya, kita di sekolahkan untuk mengembangkan daya pikir kita, bukan?

Sebenarnya pendidikan indonesia bisa move on kok dari peringkat terbawah dunia, asalkan semua partisipan pendidikan dengan sepenuh hati, ikhlas dan jujur menjalaninya.

Semangat para pelajar indonesia.. :D (SISKA AP X-G)
x


0 komentar:

Posting Komentar